UNTUK SAHABAT GUE MELINA

[Rin, aku terminal kuliah!] kurang lebih begitu, pesan watsaap yang masuk padaku saat malam hari.

[terminal mana, banua lima atau palampitan?] balasku dengan menyebut nama terminal di kota Amuntai.

Aku sudah tahu dia itu sebenarnya kirim pesan serius, tapi aku pura-pura bodoh aja. Siapa tahu dia ini titisan youtuber yang pengin bikin konten prank dan targetnya adalah aku.

[aku serius, tahun ini aku istirahat dulu] Setelah itu aku hanya balas pesannya dengan perasaan campur aduk, pengin nahan tapi itu hak dia. Kemudian pikiranku menerawang ke satu setengah tahun lalu...,

Aku ingat betul ketika hari pertama masuk kuliah, aku yang saat itu anak rantau lintas provinsi memilih mendaftarkan diri masuk asrama putri yang disediakan kampus, memiliki banyak teman di asrama namun saat kuliah hanya beberapa orang yang ternyata ditakdirkan satu lokal denganku. Salah satunya Rusmina. Hal inilah yang membuat otakku mengeluarkan hormon adrenalin lebih banyak saat itu, aku gugup, tanganku keringat dingin, kira-kira aku bisa dapat sahabat nggak, ya... mengingat aku sulit beradaptasi dengan orang baru.

Saat di lokal aku bilang ke Rusmina ‘Rus, kita duduk di depan saja!’ yang awalnya hampir tidak di iya-kan. Saat kami duduk, tiba-tiba ada orang mengambil duduk persis di sebelah Rusmina, ternyata adalah temannya yang bernama Melina Sari, kemudian seiring berjalan waktu kunobatkan menjadi sahabtku.

Ya...., begitulah awalnya aku dan Melin kenal, sama-sama duduk di depan namun di tengah kami ada Rusmina. Entah, tanpa sadar beberapa minggu kemudian Rusmina ini posisi duduknya selalu memilih di belakang. Saat kutanya, jawabnya ‘dia tidak nyaman kalau harus duduk di depan.’ Oke, aku mengerti, karena dia ini kulihat masuk jenis orang yang introvert juga kurang percaya diri (ini penilaianku).

Kemarin aku baca cerita waatpad karya kinkaaa (username-nya), dia menulis “pernah tidak dengar, frase ‘birds of a feather flock together’? yang bermakna kira-kira, orang dengan kemiripan yang sama - baik dari segi hobi, pemikiran, kebiasaan atau penampilan- akan berkumpul.” Aku langsung teringat Melin, dong...

Setelah Rusmina nyaman duduk di posisi belakang. Melin tetap bertahan duduk di posisi depan bersamaku yang akhirnya dalam kurun waktu singkat menjadikan kita sangat dekat. Setelah ku pikir kedekatan ini mungkin dilatar belakangi, ternyata kita punya selera jokes yang sama, hobi baca novel yang sama meski beda aliran –dia novel cetak aku novel online- bacaannya, kita punya sifat yang hampir sama kadang berusaha berpikir objektif kadang juga terlalu keras kepala.
*

Saat dia bilang memilih terminal yang aku pikir malam itu, 'apa aku harus terminal juga, ya...?' tapi aku teringat ucapan salah satu dosenku “nanti kalau kalian kuliah sudah di tengah jalan, cobaannya makin banyak, bisa jadi teman kalian berhenti, masalah ekonomi yang sulit, dll” akupun menyakinkan diri, Oke.,,, ini salah satu dari cobaan untukku. Apalagi aku tahu wacana Melin terminal ini sudah ada sejak semester satu, harusnya aku sudah siap kan berpisah, nyatanya TIDAK.

Waktu itu kalau tidak salah selesai mengikuti UAS. Aku dan Melin duduk di tangga akhwat- Fyi guys, kampus kami ini menjunjung tinggi nilai religius, tangga akhwat dan ikhwan itu beda, diperbolehkan akhwat jalan tangga ikhwan kecuali kalau sedang urgensi, pun sebaliknya. Pengecualian untuk dosen, beliau-beliau ini bebas memilih jalan tangga mana- saat itu kami bercerita tentang romansa merah jambu dan sedikit keluh kesah saat kuliah entah kenapa aku seperti menangkap sinyal bahwa sebenarnya Melin ingin menyerah.

Melin berhasil melewati semester satu, semester dua, dan  puncaknya semester tiga, ya..... Aku ingat sekali saat di perpusda dia bercerita, ingin menyerah saja. waktu itu kami mengerjakan tugas UAS mata kuliah Bimbingan Konseling dan dia apes, dapat client yang sepertinya super sibuk susah sekali diajak bertemu. 

Aku berusaha menguatkan dia “habisin dulu semester ini, kalau mau lanjutkan bisa, mau terminal mudah” akhirnya dia memilih mengerjakan tugas UAS semester tiga sampai selesai . Hingga semester 4 dia terminal, cerita alasannya memilih istirahat kuliah karena apa, yang tidak mungkin aku ceritakan di sini karena itu adalah privasi-nya. 

Kenapa aku merasa kehilangan? Karena hanya dia salah dua yang betah mendengarkan, saat aku menceritakan ulang novel yang kubaca sampai dia ikut nangis kalau ceritanya terlalu drama meskipun aku tahu dia bosan, dia banyak memberiku dukungan materiil dan inmateriil saat ada masalah meski aku menyebalkan hanya membalas dengan sekotak susu ultra milk, dia yang bisa menyeimbangkan sifat keras kapalaku dengan pikirannya yang objektif pun sebaliknya. Ikhlas bawa aku amuntai-paringin, nganter lagi paringin-amuntai meski hujan-hujanan demi tugas. Dan yang aku suka saat ada yang nggak dia suka dariku, dia nggak pernah silent treatment, blak-blakkan orangnya. nggak ada tuh tiba-tiba nggak ngomong sehari dua hari.
*

Jujur ya... Melin, kadang temanan sama kamu bikin malu. Tapi ke arah positif. Saat aku masih berdebat di atas panggung, beradu argumen tentang kebijakan mendiknas terhadap kemajuan penddidikan di Indonesia. kamu justru sibuk main sosial media bagi poster donasi, untuk disumbangkan ke skolah-sekolah terpencil. Saat aku masih beli air kemasan dan buang sampah sembarangan, kamu sibuk bagi petisi agar alam kita tidak dirusak dan masyarakat masih bisa menghirup udara yang layak. 

Pesan gue ni...,, di usia ke 21 ini, tetap jadi Melina yang memberi dampak positif, cinta alam dan kerja nyata. Jangan berhenti belajar meski tidak secara formal. Maafin gue ya.. yang jarang kirim pesan, gue malasan orangnya.. hihihi.
Sorry again, jika tulisan ini terlalu ALAY. 

Selamat Ulang Tahun, 05-05-1999/05-05-2020.

Comments